B. Menggunakan Konversasi dan Prinsip-Prinsipnya

Selasa, 17 Januari 2017



B. Menggunakan Konversasi dan Prinsip-Prinsipnya
Dalam konversasi/percakapan, prinsip-prinsip yang ada hendaknya dilaksanakan secara efektif. Hal ini dimaksudkan agar embicaraan berlangsung dengan nyaman, efektif, dan komunikatif. Berikut contoh penggunaan prinsip-prinsip tersebut dalam lingkungan kerja.
1.  Prinsip Kerja Sama
Dalam sebuah kantor, seorang manajer menegur bawahannya dengan bijak. Kalimat yang diucapkannya adalah “Laporan Anda sudah baik. Hanya perlu dilengkapi oleh beberapa hal, antara lain data konkret, proses, dan hasil akhir.”
2.  Prinsip Kesantunan
Untuk melaksanakan prinsip kesantunan dalam percakapan dapat dicontohkan sebagai berikut. “Mohon dicek lagi. Barang kali, ada yang salah tulis. Kurang atau kelebihan satu nol saja membedakan jumlah. Nanti, sudah senggang, bisa dilakukan pengecekan ulang.”
Apabila dalam suatu percakapan, terutama di kantor-kantor perusahaan dengan kesibukan dan persoalan yang banyak, perlu mengunakan prinsip-prinsip percakapan tersebut karena jika tidak, maka akan muncul berbagai macam konflik yang disebabkan kesalahpahaman dalam komunikasi. Selain itu, kenyamanan bekerja di perusahaan akan terganggu karena tidak terciptanya komunikasi dan situasi kerja yang kondusif.

A. Memahami Konversasi dan Prinsip-Prinsipnya

Kamis, 12 Januari 2017



KELAS XI (SEBELAS ) SEMESTER 2
Tema 8
A.     Memahami Konversasi dan Prinsip-Prinsipnya

            Menurut Schiffrin (1989: 271), percakapan adalah suatu interaksi antara pembicara dan pendengar secara teratur dalam komunikasi sosial. Prinsip percakapan (conversational principle) adalah prinsip yang mengatur mekanisme percakapan antarpeserta agar dapat bercakap-cakap secara kooperatif dan santun.
Prinsip-prinsip tersebut adalah prinsip kerja sama (conversational principle) dan prinsip kesatuan (politeness principle).
a.       Prinsip kerja sama (conversational principle)
            Prinsip kerja sama adalah prinsip yang mengatur antara pembicara dan lawan bicara agar dalam percakapan terjadi kesinambungan (koheren). Hal ini disebabkan adanya tambahan makna yang tidak diujarkan pembicara dan dapat ditangkap oleh mitra bicara.
b.      Prinsip kesatuan (politeness principle)
Prinsip ini diperlukan untuk melengkapi prinsip kerja sama dan mengatasi kesulitan yang timbul akibat penerapan prinsip kerja sama. Prinsip ini berkenaan dengan aturan yang bersifat sosial, estetis, dan moral dalam percakapan. Hal ini didasarkan pada kaidah yang harus ditaati, yaitu:
-          Formalitas (jangan memaksa dan angkuh)
Apabila memaksa dan angkuh, maka tuturan kurang/tidak santun.
Contoh: Betsihkan lantai itu sekarang juga!
-          Ketidaktegasan (berisi saran bahwa pembicara/penutur hendaknya menentukan pilihan)
Contoh: 1. Jika ada waktu dan tidak lelah, perbaiki sepeda saya.
 2. Perbaiki sepeda saya!
Tuturan pertama lebih santun daripada tuturan kedua.
-          Persamaan/Kesekawanan
Pembicara/penutur hendak bertindak seolah-olah mitra tuturnya sama atau buatlah mitra tutur merasa senang.
Contoh: 1. Halus sekali kulitmu seperti kulitku.
              2. Mengapa nilai rapormu tetap jelek?
Tuturan pertama lebih santun daripada tuturan kedua.Hal ini didukung oleh muka positif dan muka negative. Muka positif adalah muka yang menyenangkan dan menghargai, sedangkan muka negative adalah sebaliknya.

Menggunakan Kalimat yang Cermat dan Santun

Selasa, 10 Januari 2017



Menggunakan Kalimat yang Cermat dan Santun
Dalam berbahasa, terutama bahasa tulis, kita harus menggunakan kalimat yang cermat dan santun. Kalimat yang cermat dan santun adalah kalimat yang tepat dalam pemilihan kata (diksi). Pemilihan kata atau diksi yang tepat hendaknya memperhatikan kriterian, antara lain:
1.    Konotasi baik
2.    Tidak ambigu
3.    Kata acuan
4.    Situasi kebahasaan.
Kriteria-kriterian tersebut dapat diperikan sebagai berikut:

1.    Konotasi baik
Untuk memperoleh kalimat yang santun, perlu dipilih kata/diksi yang tepat. Diksi/pilihan kata yang tepat dapat diperoleh dengan cara memperhatikan konotasi kata tersebut sopan atau tidak bila didengar oleh lawan bicara. Bandingkan kata-kata berikut, istri-bini, hamil-bunting, dan asisten-pembantu.
2.    Tidak ambigu
Kalimat yang cermat dan santun adalah kalimat yang tidak bermakna ganda-biasanya disebabkan penggunaan kata maupun jeda yang tidak tepat. Perhatikan contoh kalimat berikut.
Pemilik kebun binatang itu sudah tidak beruang lagi.
Kata beruang pada kalimat tersebut memiliki dua kemungkinan makna:
-          Tidak memiliki uang
-          Tidak memiliki ruang
Kesalahan/keambiguan kalimat di atas disebabkan penggunaan kata yang tidak tepat, yaitu beruang. Selain itu, keambiguan dapat dicermati pada kalimat di bawah ini.
Untung rakyat kecil kami berjuang.
Slogan tersebut tanpa jeda yang jelas sehingga kalimat ini mempunyai dua kemungkinan makna, yaitu:
Jeda
Makna
Untuk rakyat kecil/kami berjuang

Untuk rakyat/kecil kami berjuang
Perjuangan kami diperuntukan/diprioritaskan bagi rakyat kecil
Perjuangan kami untuk rakyat sangat kecil, besar kemungkinan perjuangan itu untuk diri sendiri

Penggunaan jeda yang berbeda ternyata menimbulkan dua makna yang sangat kontradiktif. Apab

MENGGUNAKAN KALIMAT YANG BAIK, TEPAT, DAN SANTUN

Kamis, 05 Januari 2017



MENGGUNAKAN KALIMAT YANG BAIK, TEPAT, DAN SANTUN

A. Syarat-Syarat Kalimat yang Baik dan Komunikatif
              Komunikasi adalah proses penyampaian pesan dari pembicara kepada pendengar melalui sarana bahasa secara lisan dan tulisan. Komunikator atau pembicara menyampaikan informasi lewat kalimat-kalimat yang dianggap dapat menjelaskan maksud yang ingin diungkapkan. Kalimatkalimat tersebut harus dapat dipahami oleh pendengar agar nantinya mendapatkan respons berupa jawaban atau tanggapan yang sesuai.
 Untuk mencapai komunikasi yang baik dan lancar, kalimat yang disampaikan harus efektif dan komunikatif. Kalimat yang baik harus memenuhi persyaratan sebagai berikut.
(1). Tidak menyimpang dari kaidah bahasa
(2). Logis atau dapat diterima nalar
(3). Jelas dan dapat menyampaikan maksud atau pesan dengan tepat
Kalimat yang tidak menyimpang dari kaidah bahasa maksudnya adalah kalimat yang cermat baik dari segi pemilihan kata dan bentukan kata maupun susunan kalimatnya memenuhi aturan sintaksis yang benar. Sebaliknya, kalimat yang menyimpang dari kaidah bahasa, susunan kalimatnya tidak sesuai dengan aturan sintaksis yang benar.Contoh:
1. Pada jadwal di atas menunjukkan kereta eksekutif ArgoLawu berangkat pada pukul 17.00 dari Gambir.
2. Bagi yang menitip sepeda motor harus dikunci.
3. Yang punya HP harus dimatikan.Kalimat di atas meskipun dapat dipahami tapi terasa janggal didengar.
                 Pada kalimat pertama terasa ada yang kurang secara sintaksis. Jabatan subjeknya tidak ada karena penggunaan kata tugas “pada”. Jika kata “pada” dihilangkan, akan terasa lebih tepat. Penggunaan kata tugas “bagi” pada kalimat kedua juga tidak pada tempatnya dan tidak perlu sebab yang dimaksud sesungguhnya adalah sepeda motor yang dititipkan bukan orangnya. Kalimat kedua mengandung pengertian bahwa yang dititipkan adalah pemilik sepeda motor atau orangnya.
Demikian pula pada kalimat ketiga, yang dimatikan adalah HP bukan pemilik HP. Perbaikan kalimat di atas ialah:
1. Jadwal di atas menunjukkan kereta api eksekutif Argo Lawu berangkat pada pukul 17.00 dari Gambir.
2. Sepeda motor yang dititipkan harus dikunci
3. Yang memiliki HP agar mematikan HP-nya.
Kalimat juga harus logis atau dapat dinalar oleh akal. Meskipun secara gramatikal sesuai dengan kaidah namun jika tidak logis, kalimat tersebut tak akan dapat dipahami dengan baik bila disampaikan kepada orang lain.
Contoh:
1. Anak-anak itu sedang asyik makan pohonan.
2. Ini adalah daerah bebas parkir.
3. Di sini tempat pendaftaran buta huruf.
Kalimat yang baik juga harus mengandung pengertian yang jelas, tidak membingungkan serta tidak menimbulkan penafsiran ganda atau ambigu. Tidak sedikit pula kita temui kalimat-kalimat yang diucapkan oleh penutur bahasa mengandung pengertian ganda. Kalimat ini selain dapat membingungkan juga menimbulkan respons atau tanggapan yang tak sesuai karena tidak tersampaikannya pesan secara benar.Contoh:
1. Saya melihat kelakuan anak itu bingung.
2. Mereka mengantar iring-iringan jenazah ke kuburan.
3. Semua mahasiswa fakultas yang baru agar berkumpul di ruang senat.
Ketiga kalimat di atas bermakna ganda. Kalimat pertama mengandung dua pengertian, dapat anak yang bingung atau saya yang bingung. Jika anak yang bingung, kata bingung harus mendapatkan imbuhan ke—an menjadi kebingungan. Jika saya yang bingung, kata bingung harus berada setelah kata saya. Perbaikannya ada dua varian, yaitu:
1a. Saya bingung melihat kelakuan anak itu.
1b. Saya melihat anak itu kebingungan.
Kalimat kedua bermakna jenazah yang diantar banyak. Frasa iringiringan jenazah mengandung pengertian jamak. Jadi pengertian kalimat kedua adalah mereka mengantarkan banyak jenazah ke kuburan. Apa benar? Sebenarnya maksudnya kata iring-iringan bukan ditujukan pada jenazah, tapi para pengiringnya sehingga makna sebenarnya adalah mereka mengantar para pengiring jenazah ke kuburan. Dan lebih jelas lagi jika kata mengantar dihilangkan. Perbaikannya ialah sebagai berikut:
2a. Mereka mengantar jenazah ke kuburan.
2b. Mereka mengiringi jenazah ke kuburan.
Kalimat ketiga dapat menimbulkan salah pengertian karena yang dimaksud adalah mahasiswa baru atau mahasiswa fakultas yang baru. Predikat baru ditujukan kepada mahasiswa atau pada fakultasnya.Perbaikannya ada dua varian, yaitu:
3a. Semua mahasiswa baru di fakultas itu agar berkumpuil di ruang senat.Atau
3b. Semua mahasiswa pada fakultas yang baru itu agar berkumpul di ruang senat.

NOVI PURNAMAWATI Copyright © 2010 Designed by Ipietoon Blogger Template Provided By Free Blogger Templates | Freethemes4all.com

Free Website templatesSEO Web Design AgencyMusic Videos OnlineFree Wordpress Themes Templatesfreethemes4all.comFree Blog TemplatesLast NewsFree CMS TemplatesFree CSS TemplatesSoccer Videos OnlineFree Wordpress ThemesFree Web Templates